BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide
dimana terdapat suatu kesan yang abstark yang dapat diorganisir menjadi symbol-
symbol yang nyata, sedangkan konsep keperawtan merupakan suatu ide untuk menyusun
suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan
sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, attau kejadian yang didasari oleh
fakta- fakta yang telah diobservasi tetapi kurang absolute atau kurang bukti
secara langsung.
Teori keperawatan
digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model
keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri
yang memungkinkan perawat mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung
komponen dasar seperti adanya keyakian dan nilai yang mendasari sebuah model,
adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan kepada
kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini
dibutuhkan oleh perawatat dalam mengembangkan tujuannya.
Model konseptual
keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi kerja melibatkan
perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi
organisasi dimana perawat mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka
terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang harus dikerjakan pada
saat itu.
Model konseptual keperawatan
digunakan dalam praktek, penelitian dan pengajaran. Oleh karena itu, model
harus diperkenalkan untuk memperkuat profesi perawat khususnya dalam mengoreksi pemikiran yang salah tentang profesi
perawatan, bahwa perawat merupakan pembantu dokter dan tidak sedikit yang
berfikiran bahwa perawat hanya mengikuti perintah dokter.
Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan
keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses- proses
keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual
keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek, pendidikan dan
penelitian keperawatan.
Pernyataan ini berkenaan dengan ayat yang telah dijelaskan dalam AlQuran berikut ini
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [١٧:٣٦]
Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya”.(Q.S Al Israa’/17: 36)
Karena itulah, teori keperawatan yang saat ini dikembangkan dan diterapkan
serta diuji melalui pendidikan dan praktek keperawatan. Semua model
menggambarkan 4 konsep yang sama, yaitu:
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan
2. Lingkungan/ masyarakat
3. Kesehatan (sehat/ sakit, kesehatan dan penyakit).
4. Keperawatan dan peran perawat (tujuan/ sasaran, peran dan fungsi)
Teori- teori keperawatan dibangun atas konsep tersebut untuk menghasilkan
suatu model keperawatan. Model keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian
dan pengajaran.
B. Tujuan
Dalam
penyusunan makalah ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui teori keperawatan model Jhonson
2.
Tujuan
Khusus
Untuk
menjelaskan tentang:
a. Pandangan Dorothy E. Jhonson
mengenai konsep dan teori keperawatan
b. Konsep utama dan beberapa
definisi dalam konteks teori keperawatan
c. Model konsep dan teori
keperawatan Jhonson
d. Beberapa asumsi dalam teori
tingkah laku Jhonson
C. Manfaat
Beberapa
manfaat yang dihasilkan setelah membaca makalah ini, yaitu bisa mengetahui :
a. Pandangan Dorothy E. Jhonson
mengenai konsep dan teori keperawatan
b. Konsep utama dan beberapa
definisi dalam konteks teori keperawatan
c. Model konsep dan teori
keperawatan Jhonson
d. Beberapa asumsi dalam teori
tingkah laku Jhonson
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pandangan
Dorothy E. Jhonson Mengenai Konsep Dan Teori Keperawatan
Dorothy
Johnson lahirkan di Savannah, Georgia,
pada 1919. Dia seorang Sarjana Muda Dalam Ilmu
Pengetahuan Keperawatan dari Universitas Vanderbilt, Nashville, Tennesse, dan tentang ilmu kesehatan dari
Harvard. Dia memulai penerbitan idenya tentang
keperawatan segera setelah wisuda dari Vanderbilt. Kebanyakan
waktunya untuk berkarier sebagai guru di
universitas dari California, Los Angles. Dia
mengerjakan tugasnya seperti Guru
Besar, dan pensiun, 1 Januari,1978, dan setelah itu berada Florida.
Dorothy Johnson mempengaruhi profesinya melalui
penerbitan karyanya sejak 1950. Sepanjang
kariernya, johnson telah menekan kepentingan dari penelitian yang mendasari
ilmu perawatan oleh perawat kepada klien. Johnson ialah pencetus awal dari keperawatan
sebagai satu pengetahuan seperti halnya satu seni. Yang juga seorang perawat yang mempunyai satu pengetahuan yang mencerminkan keduanya,yaitu
pengetahuan dan seni. Awalnya, Johnson mengajukan bahwa ilmu pengetahuan dari
keperawatan penting bagi perawatan yang dilaksanakan oleh perawat secara
efektif yang meliputi satu sintese konsep kunci yang diambil dari dasar dan
ilmu terapan.
Pada 1968,
Johonson mengusulkan model keperawatannya sebagai wujud perkembangan dari "Efisien dan Fungsi
Tingkah Laku yang Efektif pada Pasien untuk Mencegah Penyakit”. Diidentifikasi sebagai satu sistem tingkah
laku dengan subsistim multipel. Dalam posisi ini Johnson mulai mengintegrasikan
konsep berhubungan ke model sistem pekerjaannya, selanjutnya digambarkan oleh
pernyataan dari kepercayaan bahwa keperawatan dikaitkan dengan satu orang
sebagai satu keutuhan yang terintegrasi dan pada pengetahuan spesifik dari
objek yang kita perlukan. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan mempedulikan
keutamaan klien.
Pada
pertengahan 1970, beberapa juru keperawatan menerbitkan konsep dari keperawatan
yang berlandaskan Johnson yaitu model sistem tingkah laku. Grubbs, Holaday,
Skolny, dan Riehl, Damus, dan Bor adalah beberapa pengarang yang
menginterpretasikan Jhonson . Roy dan Wu dan orang lain berbagi kepercayaan
mereka pada perawat sekitarnya pada waktu yang sama, dan pengaruh Johnson,
seperti guru besar mereka, benar-benar dicerminkan pada pekerjaan mereka Pada
1980. Johnson menerbitkan konsepnya "Model Sistem tingkah laku Dari
Keperawatan". Karya ini merupakan karya
pertama yang diterbitkan oleh Johnson dan menjelaskan secara lengkap
definisi dari model sistem tingkah laku. Evolusinya pada pembangunan dari model
kompleks dengan jelas dipertunjukkan pada kemajuan dari idenya, dari
pekerjaannnya terpublikasi pada 1950 kemudian karya terakhirnya diterbitkan pada 1980.
Jhonson adalah salah satu dari sekian banyak perawat ahli teori dalam
sejarah perkembangan ilmu dan teori konseptual keperawatan.
Pada perkembangan teori keperawatan,secara prinsip, berasal dari tori-
teori sosial, biologi, dan medis. Dengan pengecualian karya Florence
Nightingale pada tahun 1850-an.
Selama tahun 1970-an, suatu consensus
berkembang di antara pemuka keperawatan bahwa unsur umum dari
keperawatan mencangkup sifat keperawatan, (peran/ tindakan), resipien
individual dari asuhan klien,konteks dari interaksi perawat-klien.
Beberapa metode telah digunakan untuk mengembangkan model konseptual
keperawatan yang ada. Pada awalanya, ketika para perawat mendapat pendidikan
lebih lanjut, dan menjadi terbiasa dengan teori dan disiplin lain, mereka mengenali
bahwa teori ini akan berguna dalam menjelaskan tindakan keperawatan. Teori-
teori tersebut dipinjam dari displin lain.
Contoh pendekatan ini adalah penggunaan teori system sebagai dasar untuk
model system keperawatan (1980). Dengan mengenali pentingnya peran yang
dimainkan teori dalam mengembangkan disiplin ilmiah, dan kesadaran bahwa teori
dari disiplin lain tidak memadai untuk menggambarkan keperawatan, para perawat
mulai mengembangkan teori mereka sendiri.
Jhonson sendiri mencetuskan teorinya yang juga berkaitan dengan teori lain
yang telah ada sebelumnya.Teori jhonson ini berkaitan erat dengan konsep
perilaku yang telah diuraikan oleh banyak ahli psikologi pada tahun- tahun
perkembangan ilmu pengetahuan dunia, yang kemudian berkesinambungan pada ahli-
ahli teori setelah Drothy yang mengembangkan kembali teori- teori ini serta
menggunakannya pada teori disiplin lain.
Pada table brikut ini dibahas secara ringkas sejarah perkembangan teori
keperawatan, termasuk di dalamnya Dorothy E Jhonson, dimana setiap tahun
munculnya teori keperawatan dari seorang ahli diikuti oleh sebuah peristiwa
pada perkembangan ilmun keperawatan di dunia.
Table 1-2
|
Sejarah Perkembangan Teori
Keperawatan
|
||
Peristiwa
|
Tahun
|
Perawat
Ahli Teori
|
|
Era ilmiah para perawat memepertahankan tujuan keperawatan Proses perkembangan teori didiskusikan kalangna perawat professional Simposium: Perkembangan teori dalam keperawatan
Symposium:sifat ilmu
keperawatan
Dickoff,James dan Weidenbach menuliskan”teori dalam disiplin praktik”dalam Nursing Research Simposium: sifat ilmu dalam keperawatan konferensi teori keperawatan pertama Konferensi teori keperawatan kedua |
1860
1952 1960 1961 1964 1966 1966 1967 1968
1969
1970 |
Florence
Nightingale
Menguraikan keperawatan dan lingkungan Hildegard E. Peplau Keperawatan sebagai suatu proses interpresional;pasien dengan kebutuhan yang dirasakan
Faye
Abdellah (juga 1965;1973)
Pendekatan berpusat pada pasien Ida Jean Orlando Hubungan perawat-klien; pendekatan keperawatan bertujuan Emestine Weidenbach (juga 1970:1977) keperawatan: filosofi, tujuan, praktik dan kiat Lydia E. Hall Inti (pasien), perawatan (tubuh), penyembuhan (penyakit) Virginia Henderson (juga 1972;1978) Keperawatan membantu pasien dengan 14 fungsi esensial kea rah kemandirian Myra Estrin Levine (juga 1973) empat prinsip konservasi keperawatan Martha E Rogers (juga 1980) ilmu tentang manusia sebagai unit;lapang energy, keterbukaan, pola, dan organisasi |
|
Table 1-2
|
Sejarah Perkembangan Teori Keperawatan (lanjutan.)
|
||
Peristiwa
|
Tahun
|
Perawat
Ahli Teori
|
|
Konsensus konsep
keperawatan:
perawat/ keperawatan, kesehatan, klien/pasien/ individual, sosial/ lingkungan.
Diskusi tentang apakah teori
itu: unsur, criteria, tipe, tingkat, dan kaitannya dengan penelitian
NLN mensyaratkan kerangka
kerja konseptual dalam keperawatan
Teori dipinjam dari disiplin
lain
teori yang dikembangkan dari disiplin lain
Pengenalan masalah dan
pengembangan teori untuk diuji dan digunakan dalam praktik
Konferensi perawat pendidik
kedua tentang teori keperawatan
Artikel tentang perkembangan
teori dalam ANS, Nursing Research, dan image
Buku-buku yang ditulis untuk
para perawat tentang bagaimana cara mengkritik teori, mengembangkan, dan
menguraikan aplikasi dari teori-teori keperawatan.
Sekolah keperawatan bergelar
mendirikan kursus bagaiman menganalisis dan menerapkan teori.
Study penelitian dalam
keperawatan mengidentifikasi teori sebagai kerangka studi
Berbagai buku diterbitkan
tentang analsis, aplikasi, evaluasi, dan atau perkembangan teori keperawatan
|
1971
1971
1973 1974 1976 1978 1978 1979
1980
1981 1982- sekarang |
Drothea E.
Orem (juga 1980;1985)
keperawatan memudahkan perawatan diri pasien Imogene King (juga 1975;1981) teori tentang pencapaian tujuan melalui transaksi perawata klien.
Suster
Calista Roy (juga 1976;1980;1984)
Model Adaptasi Roy:perawat menyesuaikan stimuli pasien (local, kontekstual, atau residual) Josephine Patterson dan L. Zderad keperawatan humanistic Madeninge Leigner (juga 1980;1981) keperawatan transkultural keperawatan caring Jean Watson (juga 1985) Filosofi dan Ilmu merawat; keperawatan humanistic
Drorothy
E. Jhonson
Model system Perilaku Untuk Keperawatan Betty Neuman Model system perawatan kesehatan ; pendekatan individu total Rosemarie Rizzo Parse (juga 1987) Manusia-kehidupan-sehat; teori keperawatan |
|
Sumber:Christensen, Paula J. Proses
keperawatan: Aplikasi model Konseptual hal: 22
Teori system perilaku Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni
tujuan perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau
mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada
pasien sebagi individu dan bukan pada entitas yang spesifik. Johnson
memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi dan etnologi
untuk membangun teorinya . Ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri system-sistem
dan menggunakan konsep dan definisi dari A.
Rapoport,R. Chin dan W.Buckley. struktur teori system perilakudipolakan
sesudah model system; system dinyatakan terdiri dari bagian yangberkaitan untuk
melakukan fungsibersama-sama untuk membentuk keseluruhan.Dalam tulisanya,
Johnson mengkonseptualkan manusia sebagai system perilaku dimana fungsinya pada observasi perilaku adalah teori system
biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan system biologi yang terdiri
dari bagian biologi dan penyakit adalah hasil gangguan system biologi. Pengembangan
teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menuliskan bahwa perawatan
merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien sebelum,
selama dan sesudah penyakit.
Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain seperti sosialisasi, motivasi,
stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku, untuk mengembangkan
teorinya. Johnson mencatat bahwa meski literature menunjukkan ide dukungan lain
yaitu bahwa manusia merupakan system perilaku, sejauh yang Ia tahu, ide
tersebut adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian system perilaku dibahas
dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literature empiris mendukung dugaan bahwa
system perilaku merupakan keseluruhan yang belum sama sekali dikembangkan.
Dalam system biologis , pengetahuan atas bagian-bagianya lebih dahulu dari
pengetahuan keseluruahan system.
B. Konsep
Utama dan Defenisi Dalam Teori Keperawatan
Teori
keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan behavioral system theory. Johnson
menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli perilaku dan
biologi: output dari struktur dan proses-proses intra-organismik yang keduanya
dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsive terhadap
perubahan-perubahan dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada
perilaku yang dipengaruhi oleh kehadiran actual dan tak langsung makhluk social
lain yang telah ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif utama.
Sistem
Dengan memakai definisi sitem oleh Rapoport
tahun 1968, Johnson menyatakan , “ A system is a whole that fungtions as a
whole by virtue of the interpedence of its part.” (system merupakan keseluruhan
yang berfungsi berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson
menerima pernyataan Chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan
integrasi bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu , manusia berusaha menjaga
keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap
kekuatan yang mengenai mereka.
1.
Konsep Perilaku
Batasan Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu
yang penting dan perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku
manusia terdapat di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia
tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau
mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang
melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap
sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan
tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau situasi yang
dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula negative.
Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam merespons atau menanggapi suatu
peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi, juga
dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu. Selain pengertian
tersebut di atas pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek biologis.
Pengertian
perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku organisasi, misalnya merupakan
kegiatan atau aktivitas- aktivitas yang dilakukan dalam organisasi. Adapun
perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktivitas manusia yang sangat kompleks
sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan
sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati oleh orang lain. Namun adapula
perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain atau biasa disebut sebagai
internal activities seperti, persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
Dalam
dunia kesehatan, ada dua factor yang mempengaruhi perilaku manusia. Kedua
factor tersebut adalah factor keturunan atau genetic dan factor lingkungan
(enviromental). Perspektif yang berpusat pada personal mencakup factor biologis
dan factor sosiopsikologis. Factor biologis memandang bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh warisan biologis dari kedua orang tua. Sedangkan factor yang
mempengaruhi perubahan perilaku, pada
hakikatnya identik dengan factor yang mempengaruhi perkembangan individu.
Factor yang dimaksud dapat berupa factor pembawaan (heredity) yang bersifat
alamiah, factor lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya proses perkembangan, dan
factor waktu yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga factor
tersebut dalam proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara
interaktif. Telah dikemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh factor
keturunan serta factor lingkungan oleh karena itu, kedua factor tersebut ikut
menentukan perilaku manusia. Factor keturunan merupakan bawaan dari seseorang
yang melekat pada dirinya sebagai warisan dari orang tuanya. Termasuk dalam
factor ini antara lain emosi, kemampuan sensasi, kemampuan berfikir
(kecerdasan).
Kata ”Behaviorisme”
biasanya digunakan untuk melukiskan isi sejumlah teorimyang saling berhubungan
dibidang psikologi, sosiologi dan ilmu-ilmu tingkah laku.
Ilmu perilaku adalah suatu istilah bagi
pengelompkan
yang mempunyai cakupan luas termasuk
di dalamnya
antropologi, sosiologi, dan psikologi. Yang bertujuan mengembangkan pemahaman
mengenai kegiatan manusia, sikap, dan nilai-nilai. Setelah psikologi bekembang luas
dituntut mempunyai cirri-ciri suatu disiplin ilmu pengetahuan maka jiwa
dipandang terlalu
abstrak. Sementara itu, ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati,
dicatat, dan diukur.Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku
karena perilaku dianggap lebih muda diamati, dicatat, dan diukur. Arti prilaku
mencangkup prilaku yang kasat mata seperti makan, menangis, memasak, melihat,
bekerja, dan prilaku yang tak kasatmata, seperti fangtasi, motivasi, dan
[proses yang terjadi pada waktu seseorang
diam atau secara fisik tidak bergerak.
Sebagai
objek studi empiris, prilaku mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;
a.
Perilaku
itu sendiri kasat mata,
tetapi penyebab terjadinya
perilaku secara langsung mungkin tidak dapat diamati
b.
Perilaku
mengenal sebagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan steriotip, seperti
perilaku binatang ber sel satu; perilaku kompleks seperti perilaku sosial
manusia; perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga yang melibatkan proses mental biologis
yang lebih tinggi.
c.
Perilaku
bervariasi dengan klasifikasi; kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang
menunjuk pada sifat rasional, emosional, dan gerakan fisik dalam berperilaku.
d.
Perilaku
bisa disadari dan bisa juga tidak disadari.
Kaum notivis
beranggapan bahwa factor manusialah (factor P) yang berperang dalam menentukan
tingkah laku manusia sehingga apabilah P bersifat X (Px) maka tingkah laku
orang itu menjadi x pula (Bx). Demikian pula Py akan menimbulkan By. Seperti
seseorang yang memiliki sifat pemarah akan marah dalam menghadapi situasi
kesulitan.Sementara itu, seseorang yang sabar akan bertambah sabar dalam
situasi yang serupa.Di pihak lain, kaum empiris berpendapat bahwa factor
lingkunganlah (factor E) yang menentukan sehingga Ex akan menimbulkan Bx, dan
Ey menghasilkan By. Misalnya, jika seseorang dimarahi maka ia akan merasa tidak
senang, sedangkan apabilah ia di puji, ia akan merasa senang. Dari
segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis, semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh- tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktvitas
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner
(1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu,
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus Organisme respons. Skiner membedakan adanya dua respons.
Berdasarkan batasan
perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit,system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3
kelompok;
1.
Perilaku
pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
2.
Perilaku
pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
3.
Perilaku
kesehatan lingkungan
Bagaimana
seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan
sebagainya. Sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan.
a.
Perilaku
hidup sehat
Adalah
perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup
antara lain;
1.
Maka
dengan menu seimbang (appropriate diet)
2.
Olahraga
teratur
3.
Tidak
merokok
4.
Tidak
minum minuman keras dan narkoba
5.
Istirahat
yang cukup
6.
Mengendalikan
stres
7.
Perilaku
atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b.
Perilaku
sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini
mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang; penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,
dan sebainya.
Hartina, Samata 28 mei 2012
Gambar 2. Perilsku sakit setiap individu berbeda
dengan perilaku individu yang lainnya
c.
Perilaku
perang sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi,
orang sakit mempunyai perang yang mencakup hak-hak sakit (right) dan kewajiban
sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh
orang sakit sendiri amupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya
disebut perilaku peran seorang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi;
1.
Tindakan
untuk memperoleh kesembuhan
2.
Mengenal
atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak
3.
Mengetahui
hak (misalnya, hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan
sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya terhadap
orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan,tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya)
Domain Perilaku
Meskipun perilaku
adalah bentun respons atau reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar
organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.Hal ini
berarti meskipum stimulusnya sama bagi beberapa orang , namun respons tiap-tiap
orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan rtespons terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan
menjadi dua yakni;
1.
Determinan
atau factor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,yang bersifat
given atau bawahan,misalnya; tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2.
Deteminan
atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakann factor
yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa
perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan
hasil bersama resultante antara bebagai factor, baik factor internal maupun
eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan
mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli
psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah
atau kawasan yakni; a) kognitif, b)afektif, c) psikomotor.dalam
perkembangannya, teori Bloom ini di modifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni;
1.
Pengetahuan
(Knowledge)
Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan inin terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
a.
Proses
Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan
yakni.
1.
Awareness
(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu,
2.
Interest,
yakni orang mulai tertarik pada stimulus
3.
Evaluasi
(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya) hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
4.
Trial,
orang telah mencoba mulai perilaku baru
5.
Adoption,
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgen (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Contohnya
ibu-ibu menjadi peserta KB, karena diperintahkan oleh lurah atau ketua RT tampa
mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan segera keluar dari
keikutsertaan dalam KB setelah beberapa saat pemerinta tersebut diterima.
b. Tingkat
pengetahuan didalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
1.
Tahu
(know)
2.
Memahami
(comprehension)
3.
Aplikasi
(aplication)
4.
Analisis
(analysis)
5.
Sintesis
(ssynthesis)
6.
Evaluasi
(evaluation)
2. Sikap (attitrude)
Sikap merukan reaksi
atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek.
a.
Komponen Pokok Sikap
1.
Kepercayaan
(keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2.
Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan
untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini
secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan
sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,dan emosi memegang
peranan penting.
ILUSTRASI:
Seorang ibu telah mendengar
tentang penyakit polio (penyebab, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya).
Pengetahuan ini akan membawa ibu akan berpikir dan berusaha supaya anaknya
tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan
ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat
mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya aaknya tidak terkena polio.
b.
Berbagai
tingkatan Sikap
1.
Menerima
(receiving)
Menerima diartiakan bahwa orang
(subjek) mau dan memperhatian stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap
orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu
terhadap cerama-cerama tentang gizi.
2.
Merespon
(responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan,dan menyelesaikan tugas yang dibrikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3.
Menghargai
(valuing)
Mengajak orang lain
untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Misalnya sorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan
sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap
positif terhadap gizi anak.
4.
Bertanggun
Jawab (responsible)
Bertanggun jawab
terhadap sesuatu yang telah dipilinya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat
tantangan oleh mertuannya dan orang tuanya sendiri.
3.
Praktik
atau Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara
lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat
konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang muda dicapai, agar
ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau
istri,orang tua atau mertua, dan lain-lain,praktik ini mempunyai beberapa
tingkatan.
1.
Persepsi
(perception)
2.
Respons
terpinpin (guided response)
3.
Mekanisme
(mecanism)
4.
Adopsi
(adoption)
Pengukuran perilaku
dapat dilakukan secara tidak langsung yakni wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dialkukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Perubahan (adopsi)
Perilaku dan Indikatornya
Perubahan atau adopsi
baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Secara teori perubahan perilaku atau seserang menerima atau mengadopsi menerima
perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.
1.
Pengetahuan
Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti
dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan
melakukan pemberantasan saran nyamuk (PSN) apa bila ia tahu apa tujuan dan
manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahaya bila tidak
elakukan (PSN) tesebut. Indikator-indikator apa yang digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan,dapat di kelompokkan
menjadi:
a.
Pengetahuan
tengtan sakit dan penyakit yang meliputi:
-
Penyebab
penyakit
-
Gejala
atau tanda-tanda penyakit
-
Bagaimana
cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan
-
Bagaimana
cara penularannya
-
Bagaimana
cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.
b.
Pengetahuan
tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,meliputi;
-
Jenis-jenis
makanan yang bergizi
-
Manfaat
makanan yang bergizi bagi kesehatan
-
Pentingnya
olahraga bagi kessehatan
-
Penyakit-penyakit
bahaya ,merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan sebagainya bagi kesehatan.
c.
Pengetahuan
tentang kesehatan lingkungan
-
Manfaat
air bersih
-
Cara-cara
pembuangan air limbah yang sehat,termasuk pembuangn kotoran yang sehat, dan
sampah
-
Manfaat
pencahayaan dan rumah yang sehat
-
Akibat
polisi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.
2.
Sikap
Telah diuraikan di
atas bahwa sikap adalah penilaian (biasa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus atau objek, proses selanjutnya
akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan
tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan
pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:
a.
Sikap
terhadap sakit dan penyakit
b.
Sikap
cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c.
Sikap
terhadap kesehatan lingkungan
3.
Praktik
atau Tindakan (practice)
Inilah yang disebut
praktik kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt
behaviour). Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencangkup
hal-hal di atas,yakni:
a.
Tindakan
(praktik) sehubungan dengan enyakit
b.
Tindakan
(praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c.
Tindakan
(praktik) kesehatan lingkungan
Secara teori meman
perubahan perilaku atau engadopsi perilaku baru itu mengikuti mengikuti
tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses perubahan:
pengetahua (know ledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP” (PSP).
Cara mengukur
indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang
indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan, sikap, dan praktik
agak berbeda.
Aspek
Sosio-Psikologi Perilaku Kesehatan
Di
dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan
belajar. Susunan saraf pusat memengan peranan penting dalam perilaku manusia,
karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke
rangsang yang di hasilkan.Perpindahan ini dihasilkan oleh susunan saraf pusat
dengan unit-unit dasarnaya yang di sebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi
didam impul-impul saraf. Impul-impul saraf indra pendengaran, penlihatan,
pembauan, pencecepan, dan perubahan disalurkan dari tempat terjadinya
rangsangan melalui impul-impul saraf ke susunan saraf pusat.
Perubahan-perubahan perilaku di dalam diri seseorang
dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan
melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang
empunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi diartikan
sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu.
Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhungan erat dengan keadaan jasmani. Sedan keadaan jasmani
merupakan hasil keturunan (bawaan). Dalam proses pencapaian kedewasaan pada
manusia semua aspek yang berhungan dengan keturunan dan emosi akan berkemban
sesuai dengan hukum perkembangan. Oleh karena itu, perilaku yang timbul karena
emosi merupakan perilaku bawaan.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui proses
tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Faktor-faktor yang memengan peranan dalam pembentukan perilakudapat dibedakan
menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern.Faktor intern berupa kecerdasan,
persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi:
objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam
mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi
perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang terbentuk
dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang
bersangkutan.
Konsep
perilaku yang diterima secara luas ialah yang memandang perilaku sebagai
variabel pencampur (intervening variable), oleh karena ia mencampuri atau
mempengaruhi responsi subjek terhadap stimulus.
Menurut
konsepsi ini maka perilaku adalah pengoganisasian proses-proses psikologi oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara
tertentu terhadap sesuatu kelas atau objek-objek.
Hubungan
individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi. Setiap individu
sejak lahir berada di dalam suatu kelompok,terutama kelompok keluarga. Maka
perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung didalam suatu jaringan
normatif, demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah
kesehatan.
Hubungan Individu
dengan Lingkungan Sosial
Keterangan
1.
Perilaku
kesehatan individu: sikap kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan
lingkungan.
2.
Lingkungan
keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan.
3.
Lingkungan
terbatas: tradisi, adat-istiadat, dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan
kesehatan
4.
Lingkungan
umum: kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-undang
kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
Perilaku Umum
Manusia
Perilaku merupakan
totalitas penhayatan dann aktivitas, yang merupakan hasil akrir jalinan yang
saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan,
pikiran, ingatan, dan fantasi. Perilaku manusia selalu kompleks. Gejala-gejala
jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku manusia tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Pengamatan
Pengamatan adalah
pengenalan objek dengan cara melihat, mendengar, meraba, mencium
, dan mengecap.
a.
Penglihatan
Penglihatan adalah
pengenalan objek melalui mata (melihat). Berdasarkan objeknya,penglihatan
digolongkan menjadi tiga golongan.
1.
Melihat
bentuk
2.
Melihat
dalam, yakni melihat objek berdimensi tiga
3.
Melihat
warna
a.
Nilai
efektif warna
Warna mempunyai
pengaruh terhadap perilaku oranng, yaitu berbentuk reaksi dan perbuatan.
b.
Nilai
lambang
warna
Warna mempunyai
sifat-sifat potensial dalam abstrak, dan memberi kesan tertentu kepada
seseorang sehingga dalam lingkungan kebudayaan tetentu warna merupakan lambang
suatu sifat tertentu. Misalnya, putih melambangkan kesucian, hitam melambangkan
kesedihan, merah jambu melambangkan cinta.
1.
Pendengaran
Pendengaran adalah
menangkap bunyi (suara) dengan indra pendengaran. Bunyi mempunyai dua fungsi,
yakni sebagai tanda dan sebagai lambing. Dalam kehidupan sehari-hari bunyi
berfungsi sebagai pendukung arti sehingga yang ditangkap oleh individu adalah
artinya bukan bunyinya.
2.
Modalitas
pengamatan yang lain
2.
Perhatian
Beberapa macam
perhatian:
a.
Macam
perhatian berdasarkan intensitasnya (banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai
suatu kegiatan)
1.
Perhatian
intensif
2.
Perhatian
tidak intensif
b.
Macam
perhatian berdasarkan cara timbulnya
1.
Perhatian
spontan
2.
Perhatian
disengaja
c.
Macam
perhatian atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian
1.
Perhatian
terpencar (distributif)
2.
Perhatian
terpusat (konsentrtif)
Hal-hal yang menarik
perhatian
1.
Pandangan
dari segi objek
2.
Pandangan
dari segi subjek
3. Tanggapan
Setelah melakukan pengamatan (melihat, mendengar,
membau, dan sebagainya) maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan.
Gambran yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut tanggapan.
4. Fantasi
Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk
tanggapan-tanggapan yang telah ada.
5.Ingatan
Ingatan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan,
dan memproduksikan kesan
Tiga
hal yang selalu berhubungan di dalam perilaku
Dari batasan-batasan tersebut para
ahli sendiri mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam menganalisis bakat.
Namun demikian pada umumnya mereka sependapat bahwa analisis terhadap bakat
slalu seperti analisis psikologi yang lain, yakni analisis tenteng tingkah
laku. Analisis tersebut menunjukkan bahwa di dalam tingkah laku terdapat tiga
hal yang selalu berhubungan, yakni:
1)
Bahwa
individu melakukan sesuatu
2)
Bahwa
apa yang dilakukan merupakan sebab atau alasan bagi hal tertentu
3)
Bahwa
dia melakukan sesuatu dengan cara tertentu
c.Tiga aspek tingka laku
Dari
hal di atas dapat disimpulkan bahwa tingka laku mengandung tiga aspek.
1.
Aspek
tindakan (performance)
2.
Aspek
sebab akibatnya (a person causes a result)
3.
Aspek
ekspresif
1.
Respondent Respons atau reflexive, yakni respon yang di timbukan oleh rangsangan-rangsangan
(stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation krena menimbulkan respon-respon yang relatif
tetap.
ILUSTRASI:
Makanan
yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan makanan tersebut, cahaya terang
dapat mengakibatkan mata kita tertutup, dan sebagainya.
2.
Operant respon atau respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti
oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perasangang ini di sebut reinforcing stimulation atau reinforcer,
karena memperkuat respon.
ILUSTRASI:
Apabila
seorng petunas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik(respon terhadap
uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari
atasannya (stimulasi baru) maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam menjalankan tugasnya
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini,
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1.
Perilaku
tertutup (covert behaviour)
Respons
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati seara jelas oleh orang
lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour,
ILUSTRASI:
seorang
ibu hamil tahu bahwa pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa
HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks bebas tanpa pengaman, dan sebagainya.
Adapula pendapat lain mengatakan bahwa perilaku tertutup ini tedapat pada individu-individu yang mempunyai sikap keterbukaan yang sangat minim, dimana kurang kepercayaan terhadap makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Adapula pendapat lain mengatakan bahwa perilaku tertutup ini tedapat pada individu-individu yang mempunyai sikap keterbukaan yang sangat minim, dimana kurang kepercayaan terhadap makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Hartina, Samata 26 Mei 2012
gambar 1 sebagai salah satu ciri perilaku tertutup yaitu kecenderungan individu
untuk menjauh dari keramaian dan cenderung memilih tempat- tempat yang tenang bagi dirinya.
2.
Perilaku
terbuka (overt behaviour)
Respon
seseoarang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata dan terbuka. Respons
terhadap stimulasi tersebut sudah jelas bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat dapat
di amati atau dilihat oleh orang lan. Oleh sebaba itu di sebut over behaurior, tindakan nyata atau
praktik (practice).
ILUSTRASI:
Seorang
ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di
imunisasi, atau penderia TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.
Seperti telah di sebutkan di atas, sebagaian besar
prilaku manusia adalah operant respons. Oleh
sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau prilaku di ciptakan adanya suatu
kondisi tertentu yang di sebut operant
conditioning. Prosedur pembentukan prilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner adalah sebagai berikut.
a. Melakukan indentifikasi tentang
hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupah hadiah- hadiah atua rewards bagi perilaku yang akan di bentuk.
b. Melakukan analisi untuk
mengindentifikasikan komponen-komponen kecilyang membentuk prilaku yang di
kehendaki kemudian komponen-komponen tersebut di susun dalam urutan yang tepat
untuk menuju kepada terbentuknya prilaku yang di maksud
c. Mengunakan secara urut
komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengindetifikaasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku
dengan mengunakan urutan komponen yang telah tersusun. Apabila komponen pertama
telah di lakukuan, maka hadianya dibrikan. Hal ini akan megakibatkan komponen
atau prilak(tindakan) tetrsebut cenderung akan sering di lakukan. Kalu in sudah
terbentuk maka di lakukuan komponen (perilaku) yang kedua yang kemudian di berikan
hadiah (komponen pertamatidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang- ulang
sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu di lanjutkan dengan komponen
ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh prilaku yang di harapkan
terbentuk.
ILUSTRASI:
Misalnya di kehendaki agar anak
mempuyai kebiasan mnengosok gigi sebelum tidur.
Untuk berprilaku seperti ini maka anak tersebut harus:
-
Prilaku
kamar mandi sebelum tidur,
-
Mengambil
sikat dan odol
-
Mengambil
air dan berkumur,
-
Melaksanakan
mengosok gigi,
-
Menyimpan
sikat gigi dan odol,
-
Pergi
ke kamar tidur
Kalau dapat
diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing masing komponen prilaku tersebut
(komponen 1-6), maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut.
Contoh-
contoh ilustrasi diatas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan
prilaku melalui operant conditioning.
Di dalam kenyataannya prosedur itu banyak dan bervariasi sekali dan lebih kompleks
daripada contoh di atas.
2.
Subsistem
Karena behavioral system memiliki
banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-bagian system berubah menjadi
subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu subsistem merupakan “system
kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi dapat dijaga sepanjang hubunganya
dengan subsitem lain atau lingkungan tidak diganggu.
Tujuh subsistem yang di identifikasi
oleh Johnson bersifat terbuka, terhubung dan saling berkaitan (interealated).
Motivasi mengendalikan langsungaktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah
secara kontinyu dikarenakan kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system
yang dijelaskan tampak ada cross-culturally dan di control oleh factor
biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh elemen yang diidentifikasi adalah
attachment-affiliative, dependency, ingestive, eliminative, sexual, achievement
dan aggressive.
1. Subsitem attachement-affiliative.
Subsistem attacement-afiliative
mungkin merupakan yang paling kritis, karena subsistem ini membentuk landasan
untuk semua organisasi social. Pada tingktan umum, hal itu memberikan
kelangsungan (survival) dan keamanan (security). Sebagai konsekuensinya adalah
inklusi social, kedekatan (intimacy) dan susunan serta pemeliharaan ikatan
social yang kuat.
2.Subsistem
dependency
Dalam hal paling luas, subsistem
dependency membantu mengembangkan perilaku yang memerlukan respon pengasuhan .
konsukuensinya adalah bantuan persetujuan, perhatian atau pengenalan dan
bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku dependency berybah dari hamper,
bergantung total kepada orang lain kea rah bergantung total kepada orang lain
kearah bergantungkepada diri sendiri dengan derajat yang lebih besar . jumlah
interpedency tertentu adalah penting untuk kelangsungan kelompok social
3. Subsistem
biologis
Subsistem biologis ingestion dan eliminasi “ berkaitan
dengan kapan, bagaimana apa, berapa banyak dan dengan kondisi apa kita makan
dan kapan, bagaimana dan dengan komdisi apa kita makan dan dengan kondisi apa
kita buang.” Respon-respon ini dikaitkan dengan social dan psikologis seperti
halnya pertimbangan biologis.
4. Subsistem
seksual
Subsistem seksual memiliki fungsi
ganda yakni hasil (procreation) dan kepuasan (gratification). Termasuk tapi
tidak dibatasi. Courting dan mating, system respon ini dimulai dengan
perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam cakupan yang
luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.
5. Subsistem agresif
Adalah perlindungan (protection) dan
pemeliharaan (preservation). Hal ini mengikuti garis pemikiran ahli ethologi
seperti Lorenz dan feshback bukanya dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah.
Dianggap perilaku agresif tidak hanya di pelajari tapi memiliki maksud utama
membahayakan yang lain. Bagaimanapun, masyarakat meminta batasan-batasan
tersebut diletakkan pada mode perlindungan diri dan orang-orang serta harta
milik mereka dihormati dan dilindungi.
6. Subsistem achievement
Subsistem achievement berusaha
memanipulasi lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau
lingkungan pada beberapa standar kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi
termasuk kemampuan intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan social.
Johnson kemudian mengidentifikasi
konsep-konsep lain yang menggambarkan lebih jauh teori manusia sebagai system
perilaku(behavioral system). Hal yang membedakan antara apa yang ada di dalam
dan apa yang di luar system adalah ikatan (boundary). Ini merupakan titik
(point) dimana system memiliki control kecil atau pengaruh pada hasil-hasil.
Equilibrium didefinisikan “ sebagai kondisi akhir yang stabil tetapi lebih atau
kurang kekal, dimana didalamnya individu berada dalam keselarasan dengan
dirinya dan dengan lingkunganya.
Homeostasis adalah proses menjaga
stabilitas dalam system perilaku. Stabilitas adalah pemeliharaan suatu level
atau daerah perilaku tertentu yang dapat diiterima. Ketidakstabilan
(instability) terjadi saat system mengalami overcompensate berkaitan dengan
strees (tekanan). Ketika output energi tambahan digunakan untuk menjaga
stabilitas dikosongkan . stressor adalah stimulan eksternal dan internal yang
menghasilkan tegangan(tension) dan menyebabkan ketidakstabilan . tensi adalah
kondisi dalam keadaan tegang atau kendor . ia disebabkan karena disequilibrium
dan merupakan sumber potensi perubahan.
Pandangan
Johnson tentang manusia seperti mempunyai dua sistem
utama, sistem biologi dan sistem tingkah laku. Ini adalah peran dari sistem pengobatan untuk memfokuskan pada sistem
biologi, sedangkan fokus
keperawatan adalah sistem tingkah laku.
Ada
pengenalan dari aksi timbal balik yang terjadi di antara sistem biologi dan
tingkah laku ketika beberapa jenis dari kelainan fungsi tubuh terjadi di yang
lain sesuatu dari sistem. Yang dapat
dipengaruhi oleh tiga unsur utama.
Masyarakat
Kesehatan
perawat
Sumber:Christensen, Paula J. Proses keperawatan:
Aplikasi model Konseptual hal: 50
Masyarakat
Berhubungan dengan lingkungan dimana seseorang berada.
Menurut Johnson, perilaku seseorang
dipengaruhi oleh semua peristiwa pada lingkungan. Pengaruh budaya pada perilaku
seseorang dipandang dari dalam. Ini
adalah rasakan pada banyak alur, yang membedakan budaya ke budaya yang bebeda,
yang mempengaruhi perilaku spesifik pada sekelompok orang-orang, meskipun bisa
jadi seluruh anggota masyarakat atau individu ada yang sama.
Kesehatan
Adalah penuh arti, yang dapat menyesuaikan diri,tanggapan,fisik, secara
mental,emosional ,dan secara sosial, ke stimuli internal
dan eksternal agar memelihara
kemantapan hidup. Model tingkah laku Jhonson mendukung
bahwa seseorang mencoba untuk memelihara keseimbangan.
Perawat
Perawat mempunyai satu
masukan primer yaitu untuk membantu perkembangan keseimbangan pada seseorang. Hal Ini
mempertimbangkan praktek dari perawat dengan individu pada apapun titik pada
rangkaian penyakit kesehatan. Perawatan implementasi mungkin memfokuskan pada
perubahan dari satu perilaku yang mendukung untuk memelihara keseimbangan seseorang . Di teori lebih awal,
Johnson memfokuskan perawatan pada individu yang terganggu keseimbangannya. Oleh Jhonson pada 1980, dia menyatakan keperawatan itu mempunyai kaitan dengan
utuh terorganisir dan terintegrasi, tapi itu fokus utama di di dalam memelihara
satu seimbang pada sistem tingkah laku ketika penyakit terjadi pada perorangan.
C. Model
Konsep dan Teori Keperawatan Jhonson
Model konsep dan teori keperawatan menurut jhonson
adalah dengan pendekatan sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai
sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di
lingkungan internal maupun di lingkungan eksternal juga memiliki keinginan
dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya. Sebagai
suatu sistem, di dalamnya terdapat komponen subsistem yang membentuk sistem
tersebut, di antara komponen subsistem yang membentuk sistem perilaku tersebut,
menurut Jhonson adalah:
Berdasarkan subsistem tersebut di
atas, maka akan terbentuk sebuah sistem perilaku individu, sehingga Jhonson
memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi permasalahan tersebut
harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat menyeimbangkan sistem
perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalah manusia yang mendapat bantuan
perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh kesakitan atau
ketidakseimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status kesehatan yang ingin
dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk memelihara keseimbangan atau
stabilitas dengan lingkungan.
Dorothy E. Jhonson meyakini bahwa
asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku
yang efektif dan efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah
makhluk yang utuh dan terdiri dari dua sistem yaitu sistem biologi dan tingkah
laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yag
berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang dikatakan sehat jika
mampu berespons adaktif baik fisik, mental, emosi dan sosial terhadap
lingkungan internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara kesehatannya.
Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu keseimbangan individu terutama
koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia sakit.
Menurut jhonson, ada empat tujuan
asuhan keperawatan kepada individu yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan
tuntutan dan harapan masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi
tubuhnya, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif seta mampu
mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.
Johnson
meyakini masing-masing individu telah memiliki pola, penuh
arti, berulang, jalan dari akting yang termasuk satu sistem tingkah laku spesifik ke individu itu. Aksi ini atau perilaku
dari satu “ terorganisir dan unit fungsional yang terintegrasi yang menentukan
dan membatasi interaksi di antara orang dan lingkungannya dan mendirikan
hubungan dari orang ke objek, peristiwa dan keadaan pada lingkungannya. johnson
mengidentifikasi tujuh subsistim pada sistem tingkah laku. Identifikasi ini dari tujuh subsistim berlawanan dengan lain yang punya
menerbitkan penafsiran dari meodel Johnson.
Fungsi optimal dari subsistim affiliative
memgiijinkan "pemasukan
sosial, keakraban pada formasi dan lampiran dari satu kemasyarakatan yang kuat dan terikat". subsistem satu pemberi kekhawatiran berpengaruh telah
ditemukan secara kritis untuk survival dari
satu bayi. Pada proses
kematangan perorangan, lampiran ke pejabat berlanjut dan lampiran tambahan ke individu
berpengaruh nyata yang lain saat mereka memasuki keduanya anak dan kemudian menjadi dewasa.
Model dari Johnson
mempunyai tujuh subsistem yang saling tergantung. Gangguan yang terjadi pada
subsistem dapat mengganggu subsistem lainya. Masing-masing subsistem mempunyai
fungsi yang unik atau tugas khusus yang penting untuk suatu performa
terintegrasi dari keseluruha subsistem dan masing-masing mempunyai struktur dan
fungsi. Empat unsur structural memengaruhi setiap subsistem. Unsur pertama
adalah tujuan atau dorongan, didefenisikan sebagai tujuan dari perilaku dan
konsekuensi yang ingin dicapai. Secara umum tujuan masing-masing subsistem
adalah universal namun terdapat variasi individual. Unsur kedua, set subsistem
individu mencerminkan “predisposisi tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang
mengacu pada tujuan” (Johnson, 1990). Set membedakan rentang perilaku yang
tersedia bagi individu untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang dipilih
terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan, dan pengalaman. Unsur ketiga,
masing-masing subsistem mempunyai pilihan perilaku alternative untuk mencapai
tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individual, yang
merupakan satu-satunanya aspek yang dapat diamati dari setiap subsistem.
Perilaku ini diteliti untuk mengetahui efesiesinya dalam mencapai tujuan.
Masing-masing
subsistem mempunyai suatu set respons atau kecenderungan perilaku yang telah
ditetapkan dan diarahkan kepada tujuan atrau dorongan yang umum.
Respons-respons tersebut dibentuk melalui kematangan,pengalaman, dan
pembelajaran. Respons dipengaruhi oleh factor-faktor psikososial. Seiring waktu
, respons dapat dimodifikasi,tetapi suatu pola respons berulan yang dapat
diamati terus berlanjut.
Adapun tujuh komponen subsistem
menurut Dorothy E. Jhonson,
Masing-masing dari ketujuh dari ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik,
yaitu sebagai berikut:
1. Ketergantungan
Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk
sistem perilaku dalam mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta
kepercayaan.
Subsistim
detik diidentifikasi oleh Johnson adalah subsistim ketergantungan. Johnson
mencirikan subsistim ketergantungan dari lampiran atau subsistim affiliative.
Perilaku ketergantungan adalah “ membantu ” perilaku itu memelihara perilaku
dari individu lain pada lingkungan. Hasil dari perilaku ketergantungan adalah “
persetujuan, perhatian atau bantuan pengenalan dan fisik ”. Sulit untuk memisahkan subsistim ketergantungan dari affiliative atau subsistim lampiran
karena tanpa seseorang diinvestasikan di atau terlampir ke perorangan untuk
menjawab ke individu itu merupakan perilaku
ketergantungan, subsistim ketergantungan harus menghidupkan lingkungan yang berfungsi/berguna.
Ketergantungan-mendapatkan
sumber-sumber yang dibutuhkan guna mendapat bantuan, perhatian, kepastian, dan
keamanan; bantuan dalam mencapai dukungan, perhatian, kepercayaan, dan sokongan.
2.
Ingestive
Ingestif, yaitu sumber dalam
memelihara integritas serta mencapai kesenangan dalam pencapaian pengakuan dari
lingkungan.
Subsistim
ingestive berhubungan ke perilaku mengepung masukan dari makanan. Ini
berhubungan ke sistem biologi. Bagaimanapun, penekanan untuk keperawatan, dari perspektifnya Johnson,
adalah berarti dan struktur dari peristiwa sosial untuk memperoses makanan ketika makanan dimakan.
Perilaku berhubungan ke proses pencernaan dari makanan mungkin berhubungan
lebih untuk menginginkan secara sosial bisa diterima pada satu budaya tertentu
dibandingkan ke kebutuhan biologi dari perorangan.
Ingestif-mengambil
dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk mempertahankan integritas,
mencapai kepuasan, dan menginternalisasi lingkungan eksternal (Gruubs, 1980)
3.
Eliminative
Eliminasi, merupakan
bentuk pengeluaran segala sesuatu dari sampah atau barang yang tidak berguna
secara biologis atau dapat dikatakan bahwa Eliminasi-mengeluarkan
produk-produk sisa biologis dari system.
Subsistim
eliminative berhubungan ke perilaku mengepung eksresi dari sisa buangan dari
tubuh. Johnson mengakui ini mungkin sulit terpisah dari satu perspektif sistem
biologi. Bagaimanapun, seperti dengan proses pencernaan sekitar perilaku dari
makanan, ada secara sosial perilaku bisa diterima untuk waktu dan tempat untuk manusia ke eksresi dari limbah, telah mendefinisikan
berbeda secara sosial perilaku yang dapat
diterima untuk eksresi dari limbah, tapi keberadaan dari hal itu pola yang tersisa dari
budaya ke budaya.
4. Seksual
Seksual,
digunakan dalam pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai. Maka hilang dan
terpenuhinya kebutuhan ini juga akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam
proses keperawatan. Seksual-menciptakan dan memuaskan perasaan tertarik dan
mengasihi orang lain
Subsistim
seksual mencerminkan tingkah laku
berhubungan ke prokreasi. Biologi berdua dan pengaruh faktor kemasyarakatan
perilaku pada subsistim seksual. Lagi, perilaku berhubungan ke budaya dan akan
membedakan dari budaya ke budaya. Perilaku juga akan bervariasi sesuai dengan
genus dari perorangan. Kunci adalah itu merupakan
suatu masukan pada semua masyarakat yang mempunyai hasil yang sama perilaku bisa diterima oleh masyarakat luas.
5.
Agresif
Agresif, merupakan bentuk mekanisme
pertahanan diri atau perlindungan dari berbagai ancaman yang ada di lingkungan
sekitar.
Agresif-melindungi
diri dan orang lain dari benda-benda, orang, ide-ide yang memiliki potensi
mengancam; berfungsi sebagai mekanisme perlingdungan diri.
Agresif,
subsistim berhubungan ke perilaku mengaitkan dengan perlindungan dan
penyelamatan. Johnson melihat subsistim agresif seperti sesuatu bahwa
menghasilkan tanggapan bertahan dari perorangan ketika hidup atau wilayah
diancam. Subsistim agresif tidak meliputi perilaku itu dengan satu penggunaan
primer untuk melukai individu lain.
6.
Gabungan /
tambahan
Gabungan/
tambahan, merupakan pemenuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan
lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan sosial, keamanan,
dan kelangsungan hidup.
Afiliatif
atau kelekatan-berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau seseorang.
Tujaunnya adalah mencapai inklusi sosial, keakraban, dan ikatan sosial yang
kuat untuk amanah dan akhirnya un tuk bertahan.
Akhirnya, subsistim perampungan menimbulkan
perilaku coba itu untuk mengontrol lingkungan. Intelektual, fisik, kreatif,
mekanik, dan perampungan keterampilan sosial adalah beberapa area yang Johnson
kenali. Area lain dari pemenuhan pribadi atau sukses juga boleh diliputi di
subsistim ini.
7. Achievement
Achievement,
merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang kreatif dalam
perilaku kehidupan seseorang. Pencapaian-menguasai
atau mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian beberapa standar
kesempurnaan, seperti keterampilan fisik, sosial, atau kreatif.
Kebutuhan Sistem
Masing-masing
subsistem menharuskan bahwa kebutuhan-kebutuhan fungsi harus dipenuhi dan
mekanisme pengaturan tetap utuh untuk mempetahankan kestabilan dan
keseimbangan. Kebutuhan fungsi dipwnuhi melalui upaya individual sendiri atau
melalui bantuan dari lingkungan. Kebutuhan ini mencangkup perlindungan,
pemeliharaan, dan stimulasi. Perlindungan mengacu pada menjaga keamanan
individu dari pengaruh yang membahayakan saat system tidak dapat mengatasinya,
menjaga individu dari ancaman yang tidak diinginkan, dan mengatasi ancaman atas
nama individu (Grubbs, 1980). Pemeliharaan berarti mendukung perilaku adaktif
individu yang adekuat melalui pemeliharaan, pelatihan, dan kondisi- kondisi
yang mendukung perilaku yang sesuai. Stimulasi meningkatkan kelangsungan tumbuh-
kembang. Berbagai bentuk stimulasi digunakan untuk tujuan yang berbeda guna
mempertahankan atau meningkatkan kestabilan perilaku.
Individu menggunakan
berbagai mekanisme pengaturan dan pengendalian untuk mengevaluasi dan memilih
perilaku yang diinginkan. Mekanisme ini dipelajari melalui pengalaman dimasa
kanak- kanak dan biasanya diinternalisasi di masa dewasa. Tiga tipe utama
mekanisme pengaturan dan pengendalian yang digunakan individu adalah
biofisiologis, psikologis, dan sosiokultural. Mekanisme ini memberikan pantauan
dan umpan balik. Mekanisme- mekanisme tersebut memandu perubahan- perubahan
perilaku dan mengordinasi di antara subsistem.
Pola perilaku
Masing- masing system
dan subsistem mengembangkan respons- respons yang berpola, berulang dan bertujuan
untuk membentuk suatu unit fungsional yang terorganisasi dan terintegrasi.
Respon- respon yang berpola ini menentukan interaksi dari subsistem, system,
dan lingkungan. Pola perilaku menetapkan
hubungan system atau orang dengan benda- benda, peristiwa, dan situasi dalam
lingkungan. Pola- pola ini teratur, bertujuan dan dapat diprediksi yang
mempertahankan efesiensi system.
Dalam pandangan
Jhonson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan, memulihkan, atau mencapai
keseimbangan stabilitas dalam system perilaku klien. Jika system seseorang
tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan lingkungan eksternal,
maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur eksternal untuk memodifikasi
atau mengubah struktur atau memandu kebutuhan fungsi guna memulihkan
kestabilan.
Model ini hanya dapat
diterapkan untuk individu yang system perilakunya terancam atau potensial
terancam oleh ketidakstabilan. Model ini sangat berguna dalam proses
keperawatan untuk individu yang sakit. Model mencakup aspek biopsikososial
kesehatan; namun demikian, model perkembangan juga dapat dibutuhkan untuk
pengkajian dan analisis keperawatan yang lengkap. Model dari Jhonson tidak
menguraikan dengan jelas pengaturan lingkungan tempat keperawatan terjadi,
tidak juga membahas kebutuhan pemeliharaan dan promosi kesehatan seseorang.
D. Asumsi-asumsi
Dalam Teori Tingkah Laku
Keperawatan adalah
suatu ilmu terapan dan suatu kiat,yang menggunakan keempat bentuk
pengetahuan.Ilmu adalah suatu landasan penngetahuan yang teratur,terdiri atas konsep
dan istilaah khusus,kepercayaan saling berkaitan,fakta,prinsip,hokum,teori dan
metode penelitian yang digunakan dalam pendidikan,penelitian dan praktik. Ilmu
keperawatan memadukan sintesis dan penerapan pengetahuan ilmu
biofisik,perilaku,dan humanistik,di sertai dengan studi tentang hubungan
perawat dengan klien merekan dan lingkungan dalam konteks kesehatan.Dasar
pengetahuan ini dengan cepat berubah dan meluas karena di tungjsn oleh
penelitian dan teori baru yang menyediakan informasi tambahan. Perawat
menerapkan dasar pengetahuan yang luas ini melalui berpikir kritis,keterampilan
psikomotor dan tindakan interpersonal untuk membantu klien mencapai potensi
kesehatannya yang optimum. Kiat keperawatan adalah proses hubungan
interpersonal dan interaksi antara orang-orang dan perawat didalam lingkungan
sosial selama pemberian asuhan keperawatan.ilmu dan kiat keperawatan ini secara
kreatif diterapkan didalam proses keperawatan melalui pemikiran kritis.
Pada tahun 1984
Benner menguraikan lima cara berbeda perawat berpikir dan bertindak,yang
didasarkan pada pembelajaran dan pengalaman mereka.Benner menemukan bahwa
tingkat praktik perawat secara langsun berhubungan dengan tingkat
pengetahuan,pengalaman dan keahlian perawat.Lima tigkat keahlian keperawatan
yang diidentifikasikan Benner adalah pemula lanjut,kompeten,terampil,dan aahli.
Penggunaan model keperawatan
Beberapa perawat
secara konsisten menggunakan model keperawatan dalam praktik mereka.banyak
model keperawatan dan perkembangan yang unik dapat diterapkan dalam praktik
keperawatan.Model tersebut memberikan kerangka rujukan yang dapatv diterapkan
pada setiap komponen dari proses keperawatan.penggunaan keterampilan dalam
berpikir kritis dalam setiap komponen
proses keperawatan disajikan dalam table.
Proses keperawatan
adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan yang dilakukan
dengan cara sistematik.selama proses keperawatan,perawat menggunakan dasar
pengetahuan yang komprehensif untuk menkaji status kesehatan klien,membuat
penilain yang bijaksana dan diagnosis,mengidetifikasi hasil akhir kesehatan
yang diinginkan klien,dan merencanakan menerapkan,dan mengefaluasi tindakan
keperawatan yang tepet guna mencapai hasil akhir tersebut.keterampilan berpikir
kritis secara kontinu digunakan agar dapat setelah itu,beberapa pemuka
perawat,sebut saja Abdeellah Orlando,Wiedenbach,Hall,Henderson,LIvine,dan
rogers.mengembankan dan menerbitkan pandanga mereka tentang keperawatan.
Beberapa metode telah
digunakan untuk mengembankan model keperawatan.pada awalnya,ketika para perawat
mendapan pendidikan lebih lanjut dan menjadi terbiasa dengan teori dari
disiplin lain mereka mengenali bahwa teori ini berguna dalam menjelaskan
tindakan keperawatan.Teori-teori tersebut di pinjam dari disiplin lain.contoh
pendekatan ini adalah teori system sebagai dasar un tuk model dasar perilaku
Johnson untuk keperawatan (1980).Dengan mengenali pentinnya peran yang
dimainkan teori dalam mengembankan disiplin ilmiah,dan kesadaran bahwa teori
dalam disiplin lain tidak memadai untuk menggambarkan keperawatan.para perawat
mulai mengembankan teori mereka sendiri.
Tindakan
meminjam teori dari disiplin lain mendapatkan keritik dari beberapa perawat
karena rendahnya keaslian dan inovasi.demikian halnya beberapa perewat holistic
berargumentasi bahwa model keperawatan saan ini kurang adekuat mengetetengahkan
keseluruhan klien dan bahwa model yang lebih luas dan fenomenologik diperlukan
dalam keperawatan.kritikan lain terhadap model keperawatan adalah bahwa
model-model tersebut secara relative kurang berkemban sebagai teori dalam
istilah yang lebih sempit.Masalah ini mungkin behubunagan dengan kurannya
kejelasan tentang apa yang menyusun suatu teori dan pengujian teori secara umum
dan khususnya kekurangan dalam pengujian teori dalam keperawatan.
Perkembangan Model Keperwtan di
Masa mendatang
Akhir-akhir ini
beberapa perawat ahli teori seperti King,Roy,Parse,dan Warson terus
mengembangkan dan memperbaiki model keperawatan mereka,Sementara yang lainnya
seperti Orlando,Levine,dan Orem,telah mengembankan hasil karya mereka sejau
seperti yang telah mereka rencanakan dimasa mendatang.Model keperawatan harus
secara jelas membedakan aktivitas yang unik bagi keperawatan dan berbeda dengan
disiplin kesehatan yang lain.keperawatan harus membedakan landasan pengetahuan
yang terpisah atau cara yang berbeda dari penerapan pengetahuan yang sama.
Teori keperawatan di masa mendatang akan
berkembang untuk menguraikan, menjelsakan, memperkirakan dan mengendalikan
hasil klien. Teori yang memfasilitasi pencegahan penyakit, dan pemeliharaan
promosi dan pemulihan dari potensi kesehatan optimum klien perlu dikembangkan
lebih jauh.
Proses Keperawatan menurut Jhonson
Grubbs
mengembangkan satu alat penilaian berlandaskan tujuh subsistim Jhonson, satu
subsistim dia tambahkan "penyembuhan, "yang difokuskan pada aktivitas sehari- hari .
Aktivitas sehari- hari meliputi area seperti pola dari sisa, kebersihan, dan
rekreasi. Satu diagnose dapat dibuat berhubungan dengan ketidakcukupan atau pertentangan pada satu subsistim
atau di antara subsistim. Perencanaan untuk
implementasi dari kekhawatiran keperawatan harus mulai
pada taraf subsistim dengan hasil terakhir dari fungsi secara cenderung tingkah laku dari keseluruhan
sistem. Implementasi oleh perawat kepada klien merupakan satu kekuatan eksternal untuk memanipulasi dari subsistim kembali status dari
equalibrium. Evaluasi hasil dari implementasi ini kemungkinan siap jika posisi seimbang yang telah didefinisikan selama tahap perencanaan yang
terjadi sebelum implementasi.
Penilaian
Pada tahap penilaian dari proses keperawatan, terkait ke area subsistim
spesifik yang dikembangkan. Holaday, Little, dan Damus mengajukan bahwa fokus
penilaian pada subsistim berhubungan dengan penulisan masalah kesehatan.
Satu
penilaian berlandaskan subsistim tingkah laku tidak mudah bagi perawat untuk
mengumpulkan keterangan terperinci tentang sistem biologi. Penilaian terkait ke subsistim affiliative yang difokuskan pada satu pebuatan nyata yang berpengaruh
pada pada sistem sosial lain dimana perorangan merupakan satu anggota. Pada penilaian dari subsistim
ketergantungan, perhatian adalah bagaimana memahami perbuatan seseorang perlu
mengenal secara signifikan terhadap hal lain, sehingga nyata berpengaruh pada
lingkungan sekitarnya sehingga dapat membantu individu dalam menemui kebutuhan itu.
Penilaian dari subsistim ingestive akan membahas masalah masukan makanan dan
cairan, yang meliputi lingkungan sosial dimana makanan dan cairan dicernakan.
Subsistim eliminasi menghasilkan pertanyaan yang berhubungan ke pola pembuangan air besar dan
urinaria serta dimana proses tersebut terjadi.
Penilaian Subsistim
seksual meliputi keterangan tentang pola dan perilaku seksual individu.
Subsistim agresif menghasilkan pertanyaan tentang bagaimana individu melindungi diri mereka
sendiri dari ancaman untuk memenuhi kebutuhan akan keselamatan. Akhirnya, subsistim perampungan
mempertimbangkan pernyataan bagaimana perubahan lingkungan perorangan untuk
memudahkan pemenuhannya kembali.
Ada banyak
celah tentang keterangan seluruh
individu jika model sistem tingkah laku Johnson hanya memandukan penilaian.
Ada data physiologcal kecil pada status riwayat kesehatan individu. Mungkin
eksepsi ketika satu status kesehatan rusak ditunjukkan oleh subsistim ingestive atau subsistim eliminative. Pola
hubungan keluarga hanya disinggung pada affiliative dan subsistim
ketergantungan. Keterangan dasar yang berhubungan dengan status Pendidikan,
status ekonomi, dan jenis tempat tingal juga berhubungan cukup besar dengan
komponen- komponen subsistim. Bagaimanapun, faktor ini dengan jelas
diidentifikasi sebagai satu aspek penting dari semua subsistim.
Diagnose
Berdasarkan teori sistem perilaku menurut jhonson yang menngambarkan giagnose
cukup rumit. Diagnose cenderung umum ke satu subsistim agak dibandingkan
spesifik terhadap satu masalah. Grubbs telah mengajukan empat catagories dari
rawat diagnoses memperoleh dari Johnson sistem tingkah laku modelkan.
1. Ketidakcukupan satu status yang mana berada ketika
satu subsistim tertentu bukan berfungsi atau mengembangkan ke kapasitas paling
penuh ini sehubungan dengan kekurangan dengan kebutuhan fungsional.
2. Pertentangan satu perilaku itu tidak menjumpai gol
dimaksud. incongruency biasanya membohongi di antara aksi dan gol dari
subsistim, walau cocok dan pilihan betul-betul mempengaruhi aksi tidak efektip.
3. Ketidakcocokan gol atau perilaku dari dua subsistim
pada keadaan yang sama menikai dengan satu sama lain ke kerusakan dari
perorangan.
4. Kekuasaan perilaku di subsistim sesuatu dipergunakan
lebih dari lain subsistim dengan tanpa melihat keadaan ro ke kerusakan dari
subsistim yang lain.
Sejak Johnson belum pernah menulis tentang penggunaan dari diagnose rawat
dengan dia modelkan, ini sulit untuk mengevaluasi apakah klasifikasi diagnostik
ini adalah Johnson atau kalau mereka adalah satu ekstensi dari pekerjaannya
johnson oleh Grubbs.
E.
Soal
Latihan
1.
Apa yang dimaksud dengan perilaku?
2.
Sebutkan komponen- komponen subsistem dalam teori
tingkah laku model Jhonson!
3.
Sebutkan tiga aspek yang ada dalam tingkah laku
individu!
4.
Apa inti pokok dalam teori perilaku Jhonson dalam
konseptual keperawatan?
5.
Apa pengaruh teori dan konsep keperawatan pada proses
keperawatan?
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul H, A. Aziz , Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, 2006 , Jakarta :Salemba Medika
Gaffar S.kp, La Ode Jumadi , Pengantar
Keperawatan Profesional , 1999 ,Jakarta : EGC
Christensen, Paula. J, Proses keperawatan: Aplikasi Model Konseptual , 2009 , Jakarta :
EGC
Soekidjo, Natoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2007 , Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Joyce, Marcella L, Arsitektur
dan Perilaku Manusia , 2001 , Jakarta : PT. Grasindo
Goble, G. Frank, Mashab
Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow , 2010, Yogyakarta : Kanisius
Herijulianti, Eliza , Pendidikan Kesehatan Gigi , 2002 , Jakarta : EGC
Soekidjo, Natoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , 2007 , Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Swanburg, Russel. C , Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan : Untuk Perawat klinis , 2000 , Jakarta : EGC
Corner, S. S. ,
Harbour, L. S. , Magers, J. A. , and Watt, J. K. , Nursing Theorits and Their Work , St. Louis : Mosby- Year Book
Jurnal : B. Ann
Bettencourt dan Amelia Talley, Kepribadian dan Perilaku Agresif Di bawah Memprovokasi
dan Netral, 2010. University of Missouri-Columbia. Diakses tanggal 20
mei 2012
Artikel : Muhammad
Muttaqin, Teori- teori Kepemimpinan ,
2011, diakses tanggal 10 mei 2012
Artikel : Nandry
Dermawangsyah , Teori Keperawatan Calista
Roy, 2012, diakses tanggal 10 Mei 2012
Artikel : Evie
Alviatus , Teori Keperawatan Dorothy E. Jhonson, 06 januari 2010.
Diakses tanggal 10
Mei 2012
Good Job. Maju Keperawatan Indonesia
BalasHapusMantap
BalasHapus